BELUM ADA JUDUL

(putarlagu ini sembari membaca)

Lengkung bibirmu bekerja di mataku.
Kau meramu dan menanam dengan giat di dalamnya.
Kau tanam pohon-pohon dan sebar biji-biji.
Disirami tatapanmu, yang entah kimia atau dengan mantra apa
Kini mataku jadi hutan seketika.

Dan bunga teratai tiba-tiba jadi banyak di satu telaga yang kau gali di kedalamanku.
Dibawah pohon yang daun-daunnya terus jatuh tapi tak habis-habis, aku duduk dan memburu kata-kata untuk mengabadikanmu--
yang masih saja giat meramu dan menanam di mataku.

Kau menggendong senja yang tenggelam di telaga
dan mengistirahatkannya di rumah kita
Rumah untuk tidur, berdoa, dan menerima tamu, katamu
tamunya rusa, sepasang angsa yang mengajari bermesra, kupu-kupu yang belum punya nama, dan burung-burung yang kehilangan rumahnya di kehidupan kota.

Atau tamu rumah kita bisa jadi adalah kita sendiri,
semoga Tuhan menjauhkan kita dari perasaan asing di rumah sendiri.

Aku tidur sehabis berdoa
sementara kau pergi menyusui rembulan di langit perkotaan,
dan tak kembali.

Negeri yang kau bangun di mataku,
musim hujan sejak itu.

Komentar

Postingan Populer